Komunikasi
PENDAHULUAN
Komunikasi
adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan mahluk hidup dimuka bumi
ini,untuk menyatakan suatu gagasan atau ide kepada orang lain, dengan
menggunsksn lambang berupa bahasa, gabar-gambar, ataupun tanda-tanda yang dapat
dimengerti oleh mahluk lain. Dengan demikian tidak lah mungkin bagi kita untuk
tidak berkomunikasi.
Tujuan
komunikasi ini scara garis besar yaitu untuk tercapai nya saling pengertian,
pemahaman bersama, atau pesan yang disampaikan sama dengan pesan yang diterima.
Untuk
pencapaian hal tersebut kita harus memahami unsur-unsur komunikasi,Unsur
komunikasi ini sangat penting,sebab dalam berkomunkasi minimal menurut , David K. Berlo harus ada tiga unsur yaitu: Pengirim pesan (komunikator), Penerima pesan (komunikan), Pesan itu sendiri.
PEMBAHASAN
I. PENGERTIAN KOMUNIKASI
A.
Akar Kata Komunikasi
Kata “komunikasi” berasal dari bahasa Latin, “comunis”, yang berarti membuat kebersamaan atau membangun
kebersamaan antara dua orang atau lebih. Akar katanya “communis” adalah “communico”
yang artinya berbagi (Stuart,1983, dalam Vardiansyah, 2004 : 3). Dalam
literatur lain disebutkan komunikasi juga berasal dari kata “communication” atau “communicare” yang berarti " membuat
sama" (to make common). Istilah
“communis” adalah istilah yang paling
sering di sebut sebagai asal usul kata komunikasi, yang merupakan akar dari
kata kata Latin yang mirip Komuniksi
menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau suatu pesan di anut secara sama. (http://cahpct.blogdetik.com/2009/04/02/definisi-komunikasi/).
B. Definisi Komunikasi
Pawito dan C Sardjono (1994 : 12) mencoba mendefinisikan komunikasi
sebagai suatu proses dengan mana suatu pesan dipindahkan atau dioperkan (lewat
suatu saluran) dari suatu sumber kepada penerima dengan maksud mengubah
perilaku, perubahan dalam pengetahuan, sikap dan atau perilaku overt lainnya. Sekurang-kurangnya
didapati empat unsur utama dalam model komunikasi yaitu sumber (the source), pesan (the message), saluran (the
channel) dan penerima (the receiver).
Wilbur Schramm
menyatakan komunikasi sebagai suatu proses berbagi (sharing process). Schramm menguraikannya sebagai berikut :
“Komunikasi berasal dari kata-kata (bahasa)
Latin communis yang berarti umum (common) atau bersama. Apabila kita
berkomunikasi, sebenarnya kita sedang berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan (commonnes) dengan seseorang. Yaitu kita
berusaha berbagai informasi, ide atau sikap. Seperti dalam uraian ini, misalnya
saya sedang berusaha berkomunikasi dengan para pembaca untuk menyampaikan ide
bahwa hakikat sebuah komunikasi sebenarnya adalah usaha membuat penerima atau
pemberi komunikasi memiliki pengertian (pemahaman) yang sama terhadap pesan
tertentu” (Suprapto, 2006 : 2-3).
Dance dan Larson (dalam Vardiansyah, 2004 : 9)
setidaknya telah mengumpulkan 126 definisi komunikasi yang berlainan. Namun,
Dance dan Larson mengidentifikasi hanya ada tiga dimensi konseptual penting
yang mendasari perbedaan dari ke-126 definisi temuannya itu, antara lain :
1.
Tingkat
observasi atau derajat keabstrakannya. (a) Definisi bersifat umum, misalnya
definisi yang menyatakan komunikasi adalah proses yang menghubungkan satu
bagian dengan bagian lainnya dalam kehidupan. (b) Definisi bersifat khusus,
misalnya definisi yang menyatakan bahwa komunikasi adalah alat untuk
mengirimkan pesan militer, perintah dan sebagainya melalui telepon, telegraf,
radio, kurir dan sebagainya.
2.
Tingkat
kesengajaan. (a) Definisi yang mensyaratkan kesengajaan, misalnya definisi yang
menyatakan bahwa komunikasi adalah situasi-situasi yang memungkinkan suatu
sumber mentransmisikan suatu pesan kepada seorang penerima dengan disadari
untuk mempengaruhi perilaku penerima. (b) Definisi yang mengabaikan
kesengajaan, misalnya dari Gode (1959) yang menyatakan komunikasi sebagai
proses yang membuat sesuatu dari yang semula dimiliki oleh seseorang atau
monopoli seseorang menjadi dimiliki dua orang atau lebih.
3.
Tingkat
keberhasilan dan diterimanya pesan. (a) Definisi yang menekankan keberhasilan
dan diterimanya pesan, misalnya definisi yang menyatakan bahwa komunikasi
adalah proses pertukaran informasi untuk mendapatkan saling pengertian. (b)
Definisi yang tidak menekankan keberhasilan dan tidak diterimanya pesan,
misalnya definisi yang menyatakan komunikasi adalah proses transmisi informasi.
Riswandi
menyimpulkan
beberapa karakteristik komunikasi berdasar berbagai definisi yang dikemukakan para ahli, antara
lain :
1.
Komunikasi adalah suatu proses, artinya komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau
peristiwa yang terjadi secara berurutan (ada tahapan atau sekuensi) serta
berkaitan satu sama lainnya dalam kurun waktu tertentu.
2.
Komunikasi adalah suatu upaya yang disengaja
serta mempunyai tujuan. Komunikasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan
secara sadar, disengaja, serta sesuai dengan tujuan atau keinginan dari
pelakunya.
3.
Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan
kerja sama dari para pelaku yang terlibat kegiatan komunikasi akan berlangsung baik
apabila pihak-pihak yang berkomunikasi (dua orang atau lebih) sama-sama
ikut terlibat dan sama-sama mempunyai perhatian yang sama terhadap topik pesan
yang disampaikan.
4.
Komunikasi bersifat simbolis karena dilakukan
dengan menggunakan lambang-lambang. Lambang yang paling umum digunakan dalam
komunikasi antar manusia adalah bahasaverbal dalam bentuk kata-kata, kalimat,
angka-angka atau tanda-tanda lainnya.
5.
Komunikasi bersifat transaksional. Komunikasi
pada dasarnya menuntut dua tindakan, yaitu memberi dan menerima. Dua tindakan
tersebut tentunya perlu dilakukan secara seimbang atau porsional.
6.
Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu Maksudnya
bahwa para pelaku yang terlibat dalam komunikasi tidak harus hadir pada waktu
serta tempat yang sama. Dengan adanya berbagai produk teknologi komunikasi
seperti telepon, internet, faximili, dan lain-lain, faktor ruang dan waktu
tidak lagi menjadi masalah dalam berkomunikasi. (Riswandi, 2006).
II. UNSUR-UNSUR
A. UNSUR-UNSUR KOMUNIKASI
A. UNSUR-UNSUR KOMUNIKASI
Komunikasi telah didefinisikan sebagai usaha penyampaian pesan antar manusia, sehingga untuk terjadinya proses komunikasi minimal terdiri dari 3 unsur yaitu:
Awal tahun 1960-an, David K. Berlo membuat formula komunikasi yang lebih sederhana yang dikenal dengan ”SMCR”,
yaitu: Source (pengirim), Message (pesan), Channel (saluran-media) dan Receiver (penerima).
Menurut Harold
D. Laswell (ilmu Politik)Kontribusi lasswell pada ilmu komunikasi banyak
ditemukan dalam bukunya propaganda and communication in World History, yang
memuat formulasi yang kelak banyak digunakan dalam riset komunikasi massa:
·
who adalah
komunikator
·
syas what
adalah pesan
·
in with cahnnel
adalah saluran
·
to whom adalah
komunikan
·
whit the efect
adalah efek
Dalam proses komunikasi terdapat unsur-unsur (komponen-komponen)
yang tak bisa ditinggalkan,selain yang telah dijelaskan oleh k. Berlo juga
terdapat unsur-unsur (elemen-elemen ataupun komponen-komponen) yang berperan
dalam proses komunikasi,yaitu:
Pengirim pesan (komunikator) adalah manusia berakal budi yang berinisiatif menyampaikan pesan untuk mewujudkan motif komunikasinya.Komunikator dapat dilihat
dari jumlahnya terdiri dari:
1.
Satu orang.
Komunikan (penerima pesan) adalah manusia yang berakal budi, kepada siapa pesan komunikator
ditujukan.Peran antara komunikator dan komunikan bersifat dinamis, saling bergantian. Dilihat
dari jumlah komunikator dan komunikan, maka proses komunikasi dapat terjadi
9 kemungkinan.
Lasweel mengataan
to whom adalah komunika komunikan manusia ia berakal budi kepada siapa
pesan komunikator ditunjukan. komunikator disebut juga penerima.
Bagan. Sembilan kemungkinan proses komunikasi
Pesan bersifat abstrak. Pesan dapat bersifat konkret maka dapat berupa suara, mimik, gerak-gerik, bahasa lisan, dan bahasa
tulisan.
lasswell mengatakan says what atau pesan yaitu gradasi
Intensitas penyampaian pesan disebut pemberitahuan => fakta, penerangan
=> fakta,penjelasan atas fakta yang penjelasan informasi atau di sampaikan,
persuasi => fakta, disampaikan , bujukan. Komunikator yang baik, komunikator
yang bisa mengontrol orang lain.
saluran adalah
jalan yang dilalui pesan komunikator oleh sampai kekomunikannya. Terdapat dua jalan agar pesan komunikator sampai kekomunikannya, Terdapat dua
cara:
Media yang dimaksud adalah media komunikasi, media adalah bentuk jamak dari
medium. Medium komunikasi yaitu alat perantara yang sengaja dipilih komunikator
untuk menghantarkan pesannya agar sampai kekomunikan. Saluran komunikasi
terbagi menjadi dua yaitu :Tatap Muka yang Menyampaikan isi pertanyaan yang
berkaitan dengan kepentingannya (aktivitas komunikasi) berupa pertemuan tatap
muka, forum, Diskusi panel, Rapat, Ceramah .sedangkan dengan Media Terdiri dari media massa yaitu periodik (terbit
atau berharap) seperti elektronik dan cetak sedangkan non media massa yaitu
Manusia seperti kurir atau massanger dan benda yaitu elektronik dan non
elektroni .
Efek komunikasi diartikan
sebagai pengaruh yang ditimbulkan pesan komunikator dalam diri
komunikannya.
1.
Kognitif
(seseorang menjadi tahu sesuatu).
2.
Afektif (sikap
seseorang terbentuk).
Umpan balik dapat dimaknai
sebagai jawaban komunikan atas pesan komunikator yang
disampaikan kepadanya. Pada komunikasi yang dinamis, komunikator dan komunikan terus-menerus saling bertukar peran.
whit the efect
adalah Efek komunikasi yaitu sebagai pengaruh yang ditimbulkan
pesan komunikator dalam diri komunikannya. Terdapat tiga tataran pengaruh dalam
diri komunikan yaitu: kognitif (seseorang menjadi tahu tentang sesuatu),
afektif (sikap seseorang terbentuk, misalnya setuju atau tidak setuju terhadap
sesuatu), dan konatif (tingkah laku, yang membuat seseorang bertindak melakukan
sesuatu). dan Umpan Balik dimaknai sebagai jawaban komunikan atas pesan
komunikator yang disampaikan kepadanya.
III. KOMUNIKASI VERBAL DAN NON VERBAL
- KOMUNIKASI VERBAL
Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan
satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal (Deddy Mulyana,
2005). Bahasa dapat didefinisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan
untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, yang digunakan dan dipahami
suatu komunitas.
Jalaluddin Rakhmat (1994), mendefinisikan
bahasa secara fungsional dan formal. Secara fungsional, bahasa diartikan
sebagai alat yang dimiliki bersama untuk mengungkapkan gagasan. Ia menekankan dimiliki
bersama, karena bahasa hanya dapat dipahami bila ada kesepakatan di antara
anggota-anggota kelompok sosial untuk menggunakannya. Secara formal, bahasa
diartikan sebagai semua kalimat yang terbayangkan, yang dapat dibuat menurut
peraturan tatabahasa. Setiap bahasa mempunyai peraturan bagaimana kata-kata
harus disusun dan dirangkaikan supaya memberi arti. Kalimat dalam bahasa
Indonesia Yang berbunyi ”Di mana saya dapat menukar uang?” akan disusun dengan
tatabahasa bahasa-bahasa yang lain sebagai berikut:
Inggris: Dimana dapat saya menukar beberapa uang? (Where can I change some money?).
Perancis: Di mana dapat saya menukar dari itu uang? (Ou puis-je change de l’argent?).
Jerman: Di mana dapat saya sesuatu uang menukar? (Wo kann ich etwasGeld wechseln?).
- Spanyol: Di mana dapat menukar uang? (Donde puedo cambiar dinero?).
Tatabahasa meliputi tiga unsur: fonologi, sintaksis, dan
semantik. Fonologi merupakan pengetahuan tentang bunyi-bunyi dalam bahasa.
Sintaksis merupakan pengetahuan tentang cara pembentukan kalimat. Semantik
merupakan pengetahuan tentang arti kata atau gabungan kata-kata.
Cansandra L. Book (1980), dalam Human
Communication: Principles, Contexts, and Skills, mengemukakan agar
komunikasi kita berhasil, setidaknya bahasa harus memenuhi tiga fungsi, yaitu:
Mengenal dunia di sekitar kita. Melalui
bahasa kita mempelajari apa saja yang menarik minat kita, mulai dari sejarah
suatu bangsa yang hidup pada masa lalu sampai pada kemajuan teknologi saat ini.
Berhubungan dengan orang lain. Bahasa
memungkinkan kita bergaul dengan orang lain untuk kesenangan kita, dan atau
mempengaruhi mereka untuk mencapai tujuan kita. Melalui bahasa kita dapat
mengendalikan lingkungan kita, termasuk orang-orang di sekitar kita.
Untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan
kita. Bahasa memungkinkan kita untuk lebih teratur, saling memahami mengenal
diri kita, kepercayaan-kepercayaan kita, dan tujuan-tujuan kita.
Keterbatasan Bahasa:
Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk
mewakili objek.
Kata-kata adalah kategori-kategori untuk
merujuk pada objek tertentu: orang, benda, peristiwa, sifat, perasaan, dan
sebagainya. Tidak semua kata tersedia untuk merujuk pada objek. Suatu kata
hanya mewakili realitas, tetapi buka realitas itu sendiri. Dengan demikian,
kata-kata pada dasarnya bersifat parsial, tidak melukiskan sesuatu secara
eksak.
Kata-kata sifat dalam bahasa cenderung
bersifat dikotomis, misalnya baik-buruk, kaya-miskin, pintar-bodoh, dsb.
Kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual.
Kata-kata bersifat ambigu, karena kata-kata
merepresentasikan persepsi dan interpretasi orang-orang yang berbeda, yang
menganut latar belakang sosial budaya yang berbeda pula. Kata berat,
yang mempunyai makna yang nuansanya beraneka ragam*. Misalnya: tubuh orang itu berat;
kepala saya berat; ujian itu berat; dosen itu memberikan sanksi
yang berat kepada mahasiswanya yang nyontek.
Kata-kata mengandung bias budaya.
Bahasa terikat konteks budaya. Oleh karena di
dunia ini terdapat berbagai kelompok manusia dengan budaya dan subbudaya yang
berbeda, tidak mengherankan bila terdapat kata-kata yang (kebetulan) sama atau
hampir sama tetapi dimaknai secara berbeda, atau kata-kata yang berbeda namun
dimaknai secara sama. Konsekuensinya, dua orang yang berasal dari budaya yang
berbeda boleh jadi mengalami kesalahpahaman ketiaka mereka menggunakan kata
yang sama. Misalnya kata awak untuk orang Minang adalah saya atau
kita, sedangkan dalam bahasa Melayu (di Palembang dan Malaysia) berarti kamu.
Ketika kita berkomunikasi, kita menterjemahkan
gagasan kita ke dalam bentuk lambang (verbal atau nonverbal). Proses ini lazim
disebut penyandian (encoding). Bahasa adalah alat penyandian, tetapi
alat yang tidak begitu baik (lihat keterbatasan bahasa di atas), untuk itu
diperlukan kecermatan dalam berbicara, bagaimana mencocokkan kata dengan
keadaan sebenarnya, bagaimana menghilangkan kebiasaan berbahasa yang
menyebabkan kerancuan dan kesalahpahaman.
Makna dapat pula digolongkan ke dalam makna
denotatif dan konotatif. Makna denotatif adalah makna yang sebenarnya
(faktual), seperti yang kita temukan dalam kamus dan diterima secara umum oleh
kebanyakan orang dengan bahasa dan kebudayaan yang sama. Makna konotatif adalah
makna yang subyektif, mengandung penilaian tertentu atau emosional (lihat Onong
Effendy, 1994, h. 12)
B. KOMUNIKASI NONVERBAL
Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang
menggunakan pesan-pesan nonverbal. Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk
melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis.
Secara teoritis komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal dapat dipisahkan.
Namun dalam kenyataannya, kedua jenis komunikasi ini saling jalin menjalin,
saling melengkapi dalam komunikasi yang kita lakukan sehari-hari.
1.
Klasifikasi pesan nonverbal.
Jalaludin Rakhmat (1994) mengelompokkan pesan-pesan
nonverbal sebagai berikut:
- Pesan kinesik. Pesan nonverbal yang menggunakan gerakan tubuh yang berarti, terdiri dari tiga komponen utama: pesan fasial, pesan gestural, dan pesan postural..
- Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang. Umumnya dengan mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban kita dengan orang lain.
- Pesan artifaktual diungkapkan melalui penampilan tubuh, pakaian, dan kosmetik. Walaupun bentuk tubuh relatif menetap, orang sering berperilaku dalam hubungan dengan orang lain sesuai dengan persepsinya tentang tubuhnya (body image). Erat kaitannya dengan tubuh ialah upaya kita membentuk citra tubuh dengan pakaian, dan kosmetik.
- Pesan paralinguistik adalah pesan nonverbal yang berhubungan dengan dengan cara mengucapkan pesan verbal. Satu pesan verbal yang sama dapat menyampaikan arti yang berbeda bila diucapkan secara berbeda. Pesan ini oleh Dedy Mulyana (2005) disebutnya sebagai parabahasa.
- Pesan sentuhan dan bau-bauan.
Alat penerima sentuhan adalah kulit, yang
mampu menerima dan membedakan emosi yang disampaikan orang melalui sentuhan.
Sentuhan dengan emosi tertentu dapat mengkomunikasikan: kasih sayang, takut,
marah, bercanda, dan tanpa perhatian.
2.
Fungsi pesan nonverbal.
Mark L. Knapp (dalam Jalaludin, 1994),
menyebut lima fungsi pesan nonverbal yang dihubungkan dengan pesan verbal:
- Repetisi, yaitu mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal. Misalnya setelah mengatakan penolakan saya, saya menggelengkan kepala.
- Substitusi, yaitu menggantikan lambang-lambang verbal. Misalnya tanpa sepatah katapun kita berkata, kita menunjukkan persetujuan dengan mengangguk-anggukkan kepala.
- Kontradiksi, menolak pesan verbal atau memberi makna yang lain terhadap pesan verbal. Misalnya anda ’memuji’ prestasi teman dengan mencibirkan bibir, seraya berkata ”Hebat, kau memang hebat.”
- Komplemen, yaitu melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal. Misalnya, air muka anda menunjukkan tingkat penderitaan yang tidak terungkap dengan kata-kata.
- Aksentuasi, yaitu menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya. Misalnya, anda mengungkapkan betapa jengkelnya anda dengan memukul meja.
Sementara itu, Dale G. Leathers (1976) dalam Nonverbal
Communication Systems, menyebutkan enam alasan mengapa pesan verbal sangat
signifikan. Yaitu:
a. Factor-faktor nonverbal sangat menentukan
makna dalam komunikasi interpersonal. Ketika kita mengobrol atau berkomunikasi
tatamuka, kita banyak menyampaikan gagasan dan pikiran kita lewat pesan-pesan
nonverbal. Pada gilirannya orang lainpun lebih banya ’membaca’ pikiran kita
lewat petunjuk-petunjuk nonverbal.
b. Perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan
lewat pesan noverbal ketimbang pesan verbal.
c. Pesan nonverbal menyampaikan makna dan
maksud yang relatif bebas dari penipuan, distorsi, dan kerancuan. Pesan
nonverbal jarang dapat diatur oleh komunikator secara sadar.
d. Pesan nonverbal mempunyai fungsi
metakomunikatif yang sangat diperlukan untuk mencapai komunikasi yang
berkualitas tinggi. Fungsi metakomunikatif artinya memberikan informasi
tambahan yang memeperjelas maksud dan makna pesan. Diatas telah kita paparkan
pesan verbal mempunyai fungsi repetisi, substitusi, kontradiksi, komplemen, dan
aksentuasi.
e. Pesan nonverbal merupakan cara komunikasi
yang lebih efisien dibandingkan dengan pesan verbal. Dari segi waktu, pesan
verbal sangat tidak efisien. Dalam paparan verbal selalu terdapat redundansi,
repetisi, ambiguity, dan abtraksi. Diperlukan lebih banyak waktu untuk
mengungkapkan pikiran kita secara verbal.
f. Pesan nonverbal merupakan sarana sugesti
yang paling tepat. Ada situasi komunikasi yang menuntut kita untuk
mengungkapkan gagasan dan emosi secara tidak langsung. Sugesti ini dimaksudkan
menyarankan sesuatu kepada orang lain secara implisit (tersirat).
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Komunikasi telah didefinisikan sebagai usaha penyampaian pesan antar manusia, sehingga untuk terjadinya proses komunikasi haruslah mengetahui beberapa unsur penting dalam komunikasi yaitu:
Komunikator(pengirim pesan,penyampai pesan),, komunikan (Receive,pennerima
pesan), Message (pesan), Channel (saluran-media), efek komunikasi(pengaruh komunikasi), dan umpan balik (feedbek).
Harold D.
Laswell mengatakan unsur komunikasi yaitu 5w yaitu: who (komunikator),syas what
(pesan)in with cahnnel( saluran)to whom (komunikan)whit the efek.
Dan juga
komunikasi dapat dibagi 2 yaitu:
Ø
Komunikasi
verbal ( verbal communication ) adalah bentuk komunikasi yang disampaikan
komunikator kepada komunikan dengan cara tertulis (written) atau lisan (oral).
Komunikasi verbal menempati porsi besar. Karena kenyataannya, ide-ide,
pemikiran atau keputusan, lebih mudah disampaikan secara verbal ketimbang non
verbal. Dengan harapan, komunikan (baik pendengar maun pembaca ) bisa lebih
mudah memahami pesan-pesan yang disampaikan.
Ø Komunikais
non verbal ( non verbal communicarion) menempati porsi penting. Banyak
komunikasi verbal tidak efektif hanya karena komunikatornya tidak menggunakan
komunikasi non verbal dengan baik dalam waktu bersamaan. Melalui komunikasi non
verbal, orang bisa mengambil suatu kesimpulan mengenai suatu kesimpulan tentang
berbagai macam persaan orang, baik rasa senang, benci, cinta, kangen dan
berbagai macam perasaan lainnya.
B.
SARAN
Demkian lah
makalah kelompok kami,kami menyadari banyak kesalahan dan kekurangan pada
makalah ini,mudah-mudahan makalah bermampaat untuk kita semuanya untuk sedikit
mengetahui tentang unsur-unsur komunikasi,dan prinsip dasar proses komunkasi.
DAFTAR PUSTAKA
v Blake,
Reed H., and Haroldsen, Edwin O.
Taksonomi Konsep Komunikasi. Cetakan Ke-1. Terj. Hasan Bahanan. Surabaya:
Papyrus, 2003.
v Pawito,
dan C Sardjono. Teori-Teori Komunikasi. Buku
Pegangan Kuliah Fisipol Komunikasi Massa S1 Semester IV. Surakarta: Universitas
Sebelas Maret, 1994.
v Purwasito,
Andrik. Komunikasi Multikultural.
Cetakan Ke-1. Surakarta: Muhammadiyah University Press, 2003..
v Vardiansyah,
Dani. Pengantar Ilmu Komunikasi.
Cetakan Ke-1. Bogor: Ghalia Indonesia, 2004.
v
Internet :
v
Zubair, Agustina. “Definisi Komunikasi.” WordPress.com 17 Oktober 2006. 10 Juni 2010. <http://meiliemma.wordpress.com/2006/10/17/definisi-komunikasi>.
v http/www.lusa.ilmu
komunikasi.unsur-komunikasi-komunikator.2009-04.web.id
Ilmu Komunikasi
Reviewed by adeardo
on
16.58
Rating:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar