PARA AHLI YANG BANYAK BERBICARA TENTANG RIJAL AL-HADITS (PERAWI HADITS)
PEMBAGIAN DAN TINGKATAN MEREKA
A.
PENDAHULUAN
Berbicara mengenai hadis, maka dalam hal ini
tidak terlepas dari pembicaraan mengenai sanad dan matn hadis itu
sendiri.[1]
Berkaitan dengan pembicaraan sanad,
maka satu hal yang paling utama adalah pembahasan mengenai sifat-sifat para
periwayat hadis, yang diistilahkan dengan ilmu al-Jarh wa al-Ta’dīl. Ilmu ini sangat penting kedudukannya dalam
lapangan ilmu hadis.sebab dengan al-Jarh wa al-Ta’dīl kita mengetahui sifat-sifat para perawi hadits sehingga
hadits tersebat bisa diketahui ditolk ataukah diterima.[2]
Dalam melakukan al-Jarh wa al-Ta’dīl kita tidak bisa terlepas dari hal yang namanya kritikus
hadits, sebab merekalah yang mengkaji secara mendalam dan mengetahui
metodenya,mereka membandingkan pendapat para ulama’ terdahulu antara satu
dengan yang lainnya, dengan cara membandingkan kritik-kritik ulamak terdahulu
kemudian menyimpulkan hasilnya.
B.
PEMBAHASAN
Bila bermaksuk menyatakan keadan seorang
perawi, dapat dilakukan dengan mengkaji sesuatu yang telah dinyatakan oleh para
kritikus hadits tentang keadaan al-Jarh wa al-Ta’dīl rawi dan menyimpulkan setelah mengadakan penelitian.
Dalam hal ini kta hendaknya tidak tergesa-gesa dalam memutuskan pendapat ulama’
yang tsiqoh, dengan hanya mengkaji itu
saja dan tidak mengetahui pendapat lain, yang lebih tsiqoh darinya.[3]
Karna ulamak dalam mengkritik hadits itu
bermacam-macam, Imam Al-sakhawi dalam kitabnya fath al-mughits yang disimpulkan
oleh Al- hafidz Ad-dzahabi membagi para perawi dalam tiga kelompok yaitu[4]:
a.
kelompok kritikus yang saangat teliti dalam
ta’dil dan sangat keras dalam tarjih seperti:
1. Al-bukhari
2. Syu’bah bin Al-hajjaj
3. Sufyan bin ‘uyainah
4. Ibnu mahdi
5. Yahya bin ma’in
6. Abu hatim
7. Dan lain-lain
b.
kelompok kritikus yang moderat dalam al-Jarh wa al-Ta’dīl seerti:
1. Ibnu hanbal
2. Daru Quthani
3. Ibnu ‘adi
c.
kelompok kritikus yang longggar dalam al-Jarh wa al-Ta’dīl seperti:
1. At-tarmizi
2. Al-hakim
3. Ibnu khuzim
1. TOKOH-TOKOH PARA KRITIKUS HADITS
Menurut sebagian ulama’ hadits bahwa para (
tokoh-tokoh )kritikus hadit dapat dibagi dalam beberapa bagian/ dalam beberapa
generasi.
A. TOKOH-TOKOH KRITIKUS ABAD PERTAMA
Para ulama menyebutkan bahwasanya dimasa sahabat
sangat sedikit orang yang melakukan kritikus ini karana ulama’ memandang mengatakan bahwa sahabat itu ‘adil.
Sebagaimana ungkapan dalam kitab Taisir mushthalah al-hadits karya Mahmud
Thahhan[5] yaitu:
والصحا بة رضي الله كلهم عدول
Namun diketahui diantara mereka yang terkenal
melakukan krik ini pada kalangan sahabat
, mereka adalah:
1. Abdullah
bin Abbas,
2. Abdullah bin Salam,
3. ‘Ubadah
bin Ash Shamit,
4. Anas
bin Malik,
5. Aisyah,
berdasarkan
apa ditemukan dari mereka berupa pendustaan dan penolakan kepada sebagian orang
yang menyampaikan hadits kepada mereka.
Dan
sejumlah tabi’in juga berbicara mengenai jarh dan ta’dil di antara mereka yang
paling terkenal:
1.
Sa’id bin Jubair (wafat tahun 95 H)
2.
Sa’id bin Al Musayyib (wafat tahun 94 H)
3.
‘Amir Asy Sya’bi (wafat tahun 103 H)
4.
Muhammad bin Sirin (wafat tahun 110 H)
B. TOKOH-TOKOH KRITIKUS ABAD KEDUA
Telah diketahui bahwa banyak diantara kalangan
tabi’in kecil dan tabiit tabiin yang memiliki kelemahan daya hapalnya dan
kurang kecermatannya. Sehingga pada pertengahan abad II Hijrah mulai muncul
sejumlah ulama peneliti dan ulama besar haidts yang pandai dalam mengetahui
ihwal para perawi, sehingga penilaian mereka terhadap para tokoh sanad
diterima, karena mereka mempunyai kelebihan dalam ketelitian.[6]
Orang yang pertama kali melakukan pengkajian ini
ialah sulaeman bin mahran yang dikenal dengan Al-A’masy yang wafat tahun 148H
dan Syu’bah bin al-hajjaj yang wafat tahun 160 H.[7]
Di antara mereka ini yang menjadi kritikus dari
tabit tabiin adalah:
1.
Ma’mar bin Rasyid (wafat tahun 153 H)
2.
Hisyam Ad Dustawa (wafat tahun 153 H)
3.
Abdurrahman bin ‘Amru Al Auza’i (wafat tahun 157 H)
4.
Syu’bah bin AL Hajjaj (wafat tahun 160 H)
5.
Sufyan At Tsaury (wafat tahun 161 H)
6.
Abdul Aziz bin Majisun (wafat tahun 164 H)
7.
Hammad bin Salamah (wafat tahun 167 H)
8.
Hammad bin Zaid (wafat tahun 179 H)
9.
Malik bin Anas (wafat tahun 179 H)
10. Abdullah
bin Al Mubarak (wafat tahun 181 H)
11. Hasyim
bin Basyir (wafat tahun 183 H)
12. Abu
Ishaq Al Fazari (wafat tahun 188 H)
13. Abdurrahman
bin Mahdi (wafat tahun 198 H)
14. Yahya
bin Sa’id Al Qaththan (wafat tahun 198 H)
15. Abdurrahman
bin mahdi (hidupnya semasa dengan al- khattan)
16. Abu
daud At-talayisi (wafat tahun 204 H)
17. Yazid
bin harun (wafat tahun 206 H)
18. Al-Addahak
bin mak-lad as-saybani (wafat tahun 214 H)
19. Abdurrazzaq
bin hamman Al-khumairi (wafat tahun 211 H)
C. TOKOH-TOKOH KRITIKUS ABAD KETIGA
Kemudian perhatian generasi kedua tabit tabiin berkembang mereka menyusun
kitab-kitab besar tentang al-Jarh wa al-Ta’dīl kritik rawi penjelasan tentang rawi-rawi yang dhoif,
mudhalis dan sebagainya. Ulama’ menamakan zaman ketiga ini sebagai zaman besar
maka muncul kritikus hadits.
Masa inipun dibagi dalam dua bagian[8], yaitu:
Pertama
masa munculnya kitab-kitab khusus kritik
hadits antara lain:
1.
Imam yahya bin ma’in Al-ghathafani yakni abu
zakaria al-bagdadi tokoh ilmu al-jarh wa ta’dil (wafat tahun 233 H)
2.
Imam Ahmad bin hanbal( wafat tahun 214 H)
3.
Imam Muhammad bin mani’ dari mawali bani hasyim
beliau terkenal sangat tsiqat (wafat tahun 230 H)
4.
Imam zuhair bin Harb An-Nasa’i yakni Al-hafizh abu
Khaitsamah (wfat tahun 234 H)
5.
Imam Ibnu Al-Madini Ali bin Abi Abdillah bin J
a’far yakni gurunya bukhari, ahmad bin hanbal (wafat tahun 234 H)
6.
Imam Muhammad bin Abdillah numair beliau dijuluki
mutiara negri Irak (wafat tahun 234 H)
7.
Imam Abdillah bin Muhammad Al-Habasiy beliau juga
merupakan guru al-bukhari, ibnu majah, Abi zura’ah, (wafat tahun 235H)
8.
Imam abdillah bin Umar (wafat tahun 235 H)
9.
Imam Abu muhammad ishaq bin rohawaih Al-Hafiz
al-hujjah (wafat tahun 238H)
10. Imam
muhammad bin abdul al-Azdiy (wafat tahun 242 H)
11. Imam
Al-Misry Al-hafiz Al-hujjah Abu Ja’far Ahmad bin Shalih beliau dinilai sangat
shiqat oleh al-bukhari ,abu daud dan ulama’ lainnya (wafat tahun 248 H )
12. Imam
Al-Bazzar Abu Musa Harun bin Abdillah sebagai guru imam muslim. Dinilai shiqat
oleh an-Nasa’i dan Ad-dharuqatni (wafat tahun 243 H)
Kedua
datang setelah mereka generasi berikutnya orang
yang mempunyai karya-karya besar dn telah beredar, di antara para tokoh yang
paling terkenal yaitu[9]:
1.
Imam Muhammad bin Isma’il Al Bukhari (wafat tahun
256 H)
2.
Abu Zur’ah Ubaidillah bin Abdul Karim Ar Razi
(wafat tahun 277 H)
3.
Abu Hatim Muhammad bin Idris Ar Razi (wafat tahun
277 H)
4.
Imam Abu Daud As-sijistani (wafat tahun 271 H)
5.
Imam Muslim abu Al-hasan Muslim bin Al-hajjaj(wafat
tahun 261 H)
6.
imamAl-‘Ijli, Ahmad bin Abdillah Al-ijli (wafat
tahun 261 H)
7.
imam Abu Muhammad Abdullah bi Abdurrahman Ad-Darimi
As-Samarqindi (wafat tahun 255 H)
8.
imam Al-qurtubi Abu Abdirrahman Baqi bin Maqlad
Al-Qurtubi (wafat tahun 260 H)
Dan sebagian mereka ini tidak tertandingi dalam Al
Jarh wa At Ta’dil karena ketelitian mereka yang sempurna, dan terutama Yahya
bin Ma’in, Ali bin Al Madini, dan Yahya bin Sa’id Al Qatthan, hal ini dapat
dilihat bagi orang yang menelaah kitab-kitab Al Jarh wa At Ta’dil.[10]
Itulah kelompok/zaman para kritikus hadits,
walaupun setelah masa itu banyak yang melakukan kritik hadits tapi pada
dasarnya semua bergantung pada kitab-kitab mereka diatas.
TINGKATAN PARA KRITIKUS HADITS
a.
Al-Muhaddits
Al-Muhaddits adalah orang yang memiliki tentang
hadits baik riwayah ataupu dirayah, hafal sanad-sanadnya mengetahui keadaan
rawi-rawi setiap sanad dengan mengetahui peringkat al-jarh wa al ta’dil[11]
b.
Al-Hafizh
Al-Hafizh adalah orang yang memliki pengetahuan
sempurna tentang keadaan gurunya dan guruny mereka dalam setiap thabaqahnya.
c.
Al-Hjjah
Al-Hujjah adalahorang yang sempuna dari segi
hapalan dan ketangguhannya menjadi sumber resprensi[12]
d.
Al-Hikam
Al-hikam adalah orang yang memiliki pengetahuan
yang meliputi seluruh hadits matan dan sanadnya.[13]
C.
PENUTUP
a.kesimpulan
Dalam melakukan al-Jarh wa al-Ta’dīl kita tidak bisa terlepas
dari hal yang namanya kritikus hadits, sebab merekalah yang mengkaji secara
mendalam dan mengetahui metodenya,mereka membandingkan pendapat para ulama’
terdahulu antara satu dengan yang lainnya, dengan cara membandingkan
kritik-kritik ulamak terdahulu kemudian menyimpulkan hasilnya.
Para kritikus hadits dapat
dibagi dalam tiga zaman yaitu abad pertama, kedua dan abad ketiga dan beberapa
tingkatan mereka yaitu Al-Muhaddits
,Al-Hafizh, Al-Hjjahdan Al-Hikam sepeti yang dijelaskan diatas.
DAFTAR PUSTAKA
Fayyad , Mahmud Ali, metodologi penetapan keshahihan
hadits, Bandung CV Pustaka Setia,1998
Dimyati, Ayat, Pengantar
Studi Sanad Hadis, Bandung: Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Gunung Djati,
1997.
Ismail, M.
Syuhudi, Kaedah Kesahihan Sanad Hadis: Telaah Kritis dan Tinjauan dengan
Pendekatan Ilmu Sejarah, Jakarta: Bulan Bintang, 1988.
Shiddieqy, T.
M. Hasbi ash-, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis, Jakarta: Bulan Bintang,
1980, cet. ke-6.
Suparta,
Munzier, Ilmu Hadis, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002, cet. ke-3.
[1] Abdullah
Karim, Membahas Ilmu-ilmu Hadis (Banjarmasin: Comdes Kalimantan, 2005),
h. 163.
[2] ibid
[3] http://www.darulkautsar.netarticle.php?ArticleID=811
[4] Mizan Al-i’tidal, karya
ad-dzahabi juz 1 h 4.muqaddimah khutbah taqrib al-tahzib karya ibnu
hajar hlmn 4
[5] Nuruddin ‘Itr, “Ulûm al-Hadîts”,
diterjemahkan oleh Mujiyo dari Manhaj al-Naqd fî Ulûm al-Hadîts (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 1994) Cet. ke-1, Jilid 2, Hal. 114
[6] Fath
al-Mughits karya as-Syakhawiy, hal. 335-339 dalam Buku M. Ajaj al-Khathib.
2000. Ushul al-Hadits (Terjemahan). Jakarta : Gaya Media Pratama, hal
[7] Metodologi penetepan kesahihan hadits muhammad ali fayad bandung cvpustaka setia hlam 91
[8]
Ibid 98
[9]
ibid
[10]
ibid
[11]
Ajjaj
Al-Khathib, Al-Sunnah Qabla Al-Tadwin, (Beirut: Dar Al-Fikr, 1997), Cet.
Ke-6, hal. 283, dalam Buku
Munzier Suparta. 2008. Ilmu Hadits. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, hal
[12]
Subhi
Al-Shalih, ‘Ulum Al-Hadits wa Mushthalahuhu, (Beeirut: Dar
Al-‘Ilmu Al-Malayyin, tt), hal.111. dalam Buku
Munzier Suparta..
[13] http://www.darulkautsar.netarticle.php?ArticleID=811
Kritikus Hadits
Reviewed by adeardo
on
16.27
Rating:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar